MEMAHAMI
PERMASALAHAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK
USIA DINI
A.
Pendahuluan
Tantrum
merupakan luapan emosi yang meledak-ledak dan cenderung tidak terkontrol. Hal
ini terjadi bukan tanpa sebab, ada berbagai faktor yang menyebabkan seorang
anak mengalami ledakan emosi. Salah satu kebiasaan yang paling sering dilakukan
oleh seseorang khususnya orangtua terhadap anaknya adalah kebiasaan membandingkan (Satiadarma : 2001).
Tidak hanya orangtua, anggota keluarga yang lain pun seringkali melakukan hal
yang sama. Hal ini tentu menimbulkan kecemburuan pada anak. Apabila anak tidak
mampu mengungkapkan rasa cemburunya maka yang terjadi adalah emosi-emosi tersebut
tersimpan dalam benak anak dan menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak.
Ledakan emosi inilah yang disebut dengan tantrum.
Salah satu penyebab tantrum adalah
anak tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata ataupun ekspresi
yang diinginkannya, sehingga anak mengalami frustasi atas keadaannya. (Hasan :
2009). Freud dalam teori psikoanalisisnya mengemukakan bahwa jiwa seperti
sebuah gunung es dimana bagian kecil yang muncul di permukaan merupakan area
kesadaran dan massa yang jauh lebih besar dibawah permukaan air adalah area
alam bawah sadar. Teori tersebut dapat pula dianalogikan dalam permasalahan tantrum. Area alam bawah sadar adalah
emosi yang terpendam dalam benak anak dan semua hal yang memicu terjadinya
ledakan emosi tersimpan sempurna di area ini, sedangkan ledakan emosi yang
terjadi adalah area sadar anak atau dengan kata lain emosi itulah yang muncul
akibat dari ketidakmampuan anak dalam mengungkapkan apa yang ada dibenaknya.
B.
Temper Tantrum
Tantrum
atau ledakan emosi utamanya pada
anak usia dini terjadi bukan tanpa sebab. Luapan emosi yang tidak terkontrol
ini seringkali muncul pada anak berusia 15 bulan sampai 6 tahun yang tergolong
aktif dan terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit”. (Hasan : 2009). Makna
kata “sulit” disini didefinisikan sebagai berikut :
a.
Anak sulit
menyukai situasi, makanan, dan orang-orang baru
b.
Anak lambat
beradaptasi terhadap perubahan
c.
Anak memiliki mood (suasana hati) yang lebih sering
negatif
d.
Anak memiliki
perhatian yang sulit dialihkan
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku seperti
menangis, menggigit, memukul, menendang, merengek, memecahkan barang dengan
sengaja, mengancam, menjerit, dan masih banyak lagi.
C.
Faktor-faktor
Penyebab tantrum
Secara umum, faktor-faktor penyebab tantrum diantara yaitu :
1.
Terhalangnya
keinginginn anak mendapatkan sesuatu
Seorang
anak akan menggunakan tantrum untuk
menekan orangtua agar mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Hal ini terjadi
karena sebelumnya anak telah mendapatkan apa yang dia inginkannya dengan mudah.
2.
Ketidakmamuan
anak mengungkapkan diri
Tidak semua anak bisa mengungkapkan pikirannya
dengan mudah, terlebih lagi seorang anak memiliki keterbatasan bahasa. Ada
saat-saat ketika seorang anak menginginkan sesuatu, tetapi ia tidak dapat
mengungkapkannyaa. Kondisi inilah yang menjadikan seorang anak frustasi hingga
akhirnya terungkap dalam bentuk tantrum.
3.
Tidak
terpenuhinya kebutuhan
Seorang anak membutuhkan ruang dan waktu untuk
mengekspresikan dirinya, dan dunia anak tidak lepas dari dunia bermain. Apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akibatnya anak merasa stress dan
tertekan. Mekanisme pertahanan ego untuk melepaskan stres tersebut adalah
dengan tantrum.
4.
Pola asuh
orangtua
Pola asuh orangtua sangan berpengaruh terhadap
kesehatan emosi seorang anak. Pola asuh yang salah menyebabkan seorang anak
cenderung memiliki emosi yang negatif. Anak yang terlalu banyak mendapatkan larangan-larangan
ataupun anak yang erlalu dimanjakan sama-sama memiliki resiko mengalami ledakan
emosi.
D.
Cara Mengatasi Tantrum
Penulis
membagi cara mengatasi tantrum menjadi
2, yaitu preventif dan kuratif. Preventif yaitu mengatasi tantrum dengan cara pencegahan atau antisipasi agar anak tidak
mengalami ledakan emosi, sedangkan kuratif adalah cara yang ditempuh ketika tantrum sudah terlanjur terjadi.
1.
Preventif
Salah
satu hal yang bisa orangtua atau anggota keluarga lakukan untuk mencegah terjadinya
tantrum adalah membangun pola asuh
yang benar. Dalam melaksanakan sistem parenting
orang tua perlu memperhatikan dan memahami kepribadian, temparamen, dan
karakter anak karena hal tersebut akan memepengaruhi respon maupun reaksi anak
terhadap intervensi orangtua berkaitan dengan aktivitas dan kehidupan anak.
(Surbakti : 2012)
2.
Kuratif
Apabila
tantrum sudah terlanjur terjadi, hal-hal yang bisa dilakukan oleh orangtua
antara lain :
1.
Mengajarkan anak
untuk cakap berkomunikasi
2.
Mengajarkan anak
kemampuan bersosialisasi
3.
Mengajarkan anak
kecakapan berinteraksi
4.
Mengajarkan anak
kemampuan beradaptasi
5.
Mengajarkan anak
tata nilai kebaikan
6.
Melindungi anak
dari pengaruh tata nilai buruk
7.
Melatih anak
agar mampu mengendalikan emosi
DAFTAR PUSTAKA
Hall, Calvin S &
Lindzey, Gardner. 1993. Psikologi
Kepribadian 1 : Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta :
Diva Press
Satiadarma, Monty P.
2001. Persepsi Orang Tua Membentuk
Perilaku Anak : Dampak Pygmalion di dalam Keluarga. Jakarta : Pustaka
Populer Obor
Surbakti. 2012. Parenting Anak-anak. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo
0 komentar:
Posting Komentar