BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bullying
merupakan perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/kelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang
tersebut.( Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio,2001)
Kasus bullying baru-baru ini marak
diperbincangkan, terlebih lagi kasus tersebut banyak terjadi didalam dunia
pendidikan khususnya anak usia Sekolah Menengah Atas atau SMA. Namun, tidak
menutup kemungkinan bullying akan
terjadi pada anak usia pra sekolah atau anak usia dini hingga mahasiswa. Bentuk-bentuk
bullying pun banyak sekali, bukan
hanya secara fisik akan tetapi bisa dalam bentuk psikis seperti mengejek atau
yang sejenisnya. Meskipun hanya sekedar ejekan, bullying akan menimbulkan efek negatif pada perkembangan psikologis
korbannya.
Kasus bullying yang marak diperbincangkan
akhir-akhir ini adalah pelecehan seksual, terlebih lagi korban dari kasus
tersebut adalah anak usia dini. Salah satu contoh dari kasus pelecehan seksual
yang menimpa anak usia dini adalah kasus yang terjadi di TK Jakarta International Shool (JIS). Setelah
kasus tersebut terkuak di media masa, satu persatu kasus serupa muncul dan
kembali yang menjadi korban dari kekerasan seksual tersebut adalah anak usia
dini.
1.
Pengertian Bulliying
2.
Faktor-faktor Penyebab Bullying
4.
Cara Mengatasi Bullying
Bullying berasal dari kata bahasa
inggris bully yang artinya gertak,
menggertak, atau mengganggu sedangkan makna luas dari bullying (Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio : 2001) adalah salah satu bentuk perilaku agresi dengan
kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
tujuan mengganggu anak lain yang lebih lemah darinya. Bullying dikelompokkan menjadi enam, yaitu kontak fisik langsung,
kontak verbal langsung, kontak nonverbal langsung, kontak nonverbal tidak
langsung, pelecehan seksual dan cyberbullying.
B.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui makna bullying
2. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk bullying
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab bullying
4. Untuk
mengetahui cara mengatasi bullying
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Bulliying
Bullying
berasal dari kata bahasa inggris bully
yang artinya gertak, menggertak, atau mengganggu sedangkan makna luas dari
bullying (Riauskina, Djuwita, dan Soesetio : 2001) adalah salah satu bentuk
perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain yang lebih lemah darinya.
Dengan kata lain, anak yang merasa lebih kuat mendominasi anak yang dia pandang
lebih lemah darinya. Bullying juga
bisa dikatakan sebagai ancaman ataupun gangguan dari seseorang yang merasa
dirinya berkuasa sehingga korbannya bisa mengalami gangguan psikis berupa
stress, depresi, kecemasan yang berlebih, dan merasa hidupnya tidak akan aman
bila berada dilingkungan tersebut. Dengan kecanggihan teknologi diera
globalisasi ini, para pelaku bullying juga semakin dimudahkan dalam menjalankan
aksinya terhadap korban. Karena pembullyan bisa terjadi tidak hanya sekedar
kontak langsung,akan tetapi kontak tidak langsung pun sangat mungkin terjadi
melalui media sosial seperti facebook, twitter dan media sosial lainnya.
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying adalah perilaku agresif
kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang/kelompok
siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan
tujuan menyakiti orang tersebut. Kemudian mereka mengelompokkan bullying dalam 5 kategori :
1.
Kontak fisik langsung, contohnya memukul,
mendorong, mencubit, mencakar, termasuk memeras dan merusak barang-barang yang
dimiliki orang lain.
2.
Kontak verbal langsung, contohnya mengancam,
mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi nama panggilan (name calling), sarkasme, merendahkan (put-down), mencela/mengejek,
mengintimidasi, mengejek, dan menyebarkan gosip.
3.
Perilaku nonverbal langsung, contoh melihat
dengan sinis, menjulurkan lidah, menempalikan ekspresi yang merendahkan,
mengejek, dan mengancam, biasanya disertai bullying
fisik, atau verbal.
4.
Perilaku nonverbal tidak langsung, contoh
mendiamkan, memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng.
5.
Pelecehan seksual, kadang dikategorikan perilaku
agresi fisik atau verbal.
Pada era
gadget seperti ini bullying menjadi
semakin mudah dilakukan dengan memanfaatkan teknologi modern (cyber bullying). Sehingga penulis
mengembangkan pendapat Riauskina dkk dalam membagi kategori bullying, yaitu :
1.
Kontak fisik langsung
2.
Kontak verbal langsung
3.
Kontak nonverbal langsung
4.
Kontak nonverbal tidak langsung
5.
Pelecehan seksual
6.
Cyberbullying
Terjadinya bullying
(Salmivalli dan kawan-kawan, 1996) merupakan proses dinamika kelompok dan
didalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah bully, asisten bully, reinfocer, defender,
dan outsider.
1.
Bully yaitu siswa yang
dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat bullying.
2.
Asisten bully, juga terlibat aktif dalam
perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.
3.
Rinfocer adalah mereka ketika
kejadian bully terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, memprofokasi bully,
mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
4.
Defender adalah orang-orang yang
berusaha membela dan membantu korban, sering kali akhirnya mereka menjadi
korban juga.
5.
Outsider adalah orang-orang yang
tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak
peduli.
2.
Faktor-faktor Penyebab Bullying
Ada
berbagai faktor mengapa kasus bullyng
bisa terjadi. Faktor-faktor tersebut bisa dikolmpokka menjadi 2, diantaranya
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.
Faktor Internal
Faktor internal
yaitu faktor penyebab yang berasal dari dalam diri pelaku, misalnya faktor
psikologis. Gangguan psikologis seperti gangguan kepribadian ataupun gangguan
emosi bisa disebabkan karena berbagai masalah yang dihadapi oleh seorang anak. Banyak
pelaku bullying dipengaruhi oleh faktor psikologi. Tetapi umumnya
perilaku bullying mereka dipengaruhi oleh toleransi sekolah atas
perilaku bullying, sikap guru, dan faktor lingkungan yang lain. Selain
itu, lingkungan keluarga juga mempengaruhi perilaku bullying. Bully biasanya
berasal dari keluarga yang memperlakukan mereka dengan kasar (Craig, Peters
& Konarski,1998, dan Pepler & Sedighdellam, 1998, dalam Sciarra (2004;
353).
Menurut Bosworth, Espelage dan Simon (2001) dalam
Aluede, Adeleke, Omoike, & Akpaida (2008; 152) para bully biasanya
laki-laki, populer, dan memiliki kemampuan sosial yang bagus. Hal ini
memudahkannya menarik banyak anggota dalam kelompok dan dengan mudah dapat memanipulasi
orang lain.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal
yang memicu terjadinya bullying ada
bermacam-macam, seperti contohnya pengaruh lingkungan (teman sebaya), keluarga
yang kurang harmonis, faktor ekonomi keluarga, dan acara televisi yang kurang
mendidik serta kecanggihan teknologi pada era globalisasi ini yang sangat
mungkin memicu terjadinya cyber bullying.
Alasan
yang paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa
pelaku bullying merasakan kepuasan apabila ia “berkuasa” di kalangan
teman sebayanya. Selain itu, tawa teman-teman sekelompoknya saat ia mempermainkan
sang korban memberikan penguatan terhadap perilaku bullyingnya (Tim Yayasan
Semai Jiwa Amini, 2008; 14).
3. Dampak Bullying
Sikap seseorang di lingkungannya bisa menjadi
tanda orang tersebut nyaman dengan lingkungannya atau justru merasa jauh dari
rasa aman dan nyaman berada di lingkungan tersebut. Beberapa hal yang bisa
menjadi indikasi awal bahwa anak kemungkinan sedang mengalami bullying disekolah antara lain :
1.
Kesulitan untuk tidur
2.
Mengompol ditempat tidur
3.
Mengeluh sakit kepala atau perut
4.
Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
5.
Takut pergi kesekolah
6.
Menangis sebelum atau sesudah kesekolah
7.
Sering pergi ke UKS
8.
Tidak tertarik pada aktifitas sosial yang
melibatkan murid lain
9.
Sering mengeluh sakit sebelum pergi ke sekolah
10. Sering
mengeluh sakit kepada gurunya, dan ingin orang tua segera menjemput pulang
11. Harga
dirinya rendah
12. Perubahan
drastis pada sikap, perilaku, cara berpakaian, atau kebiasaannya
13. Lecet
atau luka
Anak yang menjadi korban bullying baik secara fisik ataupun secara mental biasanya akan mengalami
trauma yang besar dan depresi yang akhirnya menyebabkan gangguan mental dimasa yang
akan datang.
Gejala kelainan mental yang biasanya muncul
pada masa kanak-kanak secara umum anak tumbuh menjadi pribadi yang mudah cemas,
sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan takut. Tanda-tanda yang terjadi pada anak
yang mennjadi korban bullying :
1. Kesulitan
bergaul
2. Merasa
takut datang kesekolah sehingga sering bolos
3. Ketinggalan
pelajaran
4. Mengalami
kesulitan berkonsentrasi mengikuti pelajaran
5. Kesehatan
fisik dan terganggu
4.
Cara Mengatasi Bullying
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Usaha Preventif
(pencegahan)
Usaha tersebut bisa berupa
preventif (pencegahan) tetapi juga bisa dengan membuat para pelaku bullying tidak akan melakukan bullying lagi kepada siapapun. Dalam hal
ini peran orang tua sangatlah penting, karena anak yang biasanya terlibat dalam
masalah seperti ini adalah mereka kurang mendapat perhatian dari orang tua
mereka dan berasal dari keluarga yang retak keharmonisannya (broken home). Usaha preventif yang bisa kita lakukan adalah menanamkan
sejak dini kepada anak bahwa kita semua saling bersaudara dan harus saling
mencintai antar sesama, memberikan nilai-nilai keagamaan kepada anak, sehingga
anak akan berpikir bahwa jika menyakiti orang lain pasti akan mendapatkan dosa.
Orang tua juga perlu mengawasi pergaulan anak, agar anak tidak salah dalam
bergaul dan salah dalam berteman, karena pengaruh teman sebaya sangat besar
dalam perkembangan diri seorang individu. Selain itu orang tua juga harus
mengawasi apa yang ditonton oleh anak ketika menonton televisi, karena tayangan
televisi saat ini justru banyak menampilkan sinetron dengan adegan-adegan yang
tidak patut untuk dilihat oleh anak, cenderung menampilkan pergaulan yang
bebas, kehidupan yang serba mewah, bahasa yang dipergunakan pun cenderung alay, dan terkadang banyak sinetron yang
menampilkan adegan-adegan anak yang sering membantah nasihat dari orang tua
mereka.
2.
Kuratif
Sedangkan untuk mengatasi
tindakan bullying yang sudah
terlanjur terjadi adalah dengan memberikan treatment kepada anak yang
bersangkutan, dan bagi anak yang
beresiko menjadi korban bullying,
hal-hal yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi korban bullying antara lain :
1. Jangan
membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan
2. Jangan
sendirian, karena pelaku bullying akan melihat anak yang menyendiri sebagai
mangsa yang potensial
3. Jangan
mencari gara-gara dengan pelaku bullying, dan jika terperangkap dalam situasi bullying maka percaya dirilah. Jangan
sampai terlihat lemah dan ketakutan. Serta harus berani melapor kepada guru
atau orangtua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying berasal dari kata bahasa
inggris bully yang artinya gertak,
menggertak, atau mengganggu sedangkan makna luas dari bullying (Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio : 2001) adalah salah satu bentuk perilaku agresi dengan
kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
tujuan mengganggu anak lain yang lebih lemah darinya. Bullying dikelompokkan menjadi enam, yaitu kontak fisik langsung,
kontak verbal langsung, kontak nonverbal langsung, kontak nonverbal tidak
langsung, pelecehan seksual dan cyberbullying.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis masih
memiliki banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik dari isi maupun
sistematika penulisan. Tidak ada gading yang tidak retak, saran yang membangun
sangat kami butuhkan untuk perbaikan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas
dengan lebih baik lagi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Agus.______.Preventing School Bullying dengan Media CD.
Ehan. ______.Bullying dalam Pendidikan.
Surbakti.2012.Parenting Anak-Anak. Jakarta : Kompas
Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar